Rabu, 24 November 2010

Pelayanan Terbitan Berseri

“Sebuah Pengenalan :Pelayanan Terbitan Berseri:”

Firdaus

Pendahuluan
Pelayanan terbitan berseri (ada yang menyebut terbitan berkala) merupakan salah layanan yang “biasa” ada di dalam kesatuan Pelayanan Perpustakaan. Pelayanan ini merupakan bagian terintegrasi dalam sebuah sisten pelayanan perpustakaan. Sebelum membahas lebih jauh mengenai pelayanan terbitan berseri berikut beberapa pengertian dari terbitan berseri dan atau terbitan berkala:
a.    Terbitan yang keluar dalam bagian secara berturut-turut dengan menggunakan nomor urut dan/atau secara kronologi, serta dimaksudkan untuk terbitan dalam waktu yang ditentukan. (Sulistyo-Basuki, 1991.)
b.    A Publication issued in successive parts, usually at regular intervals, and, as a rule, intended to be continued indefinitely. (ALA Glossary of Library and Information Science).
c.    A Publication (as newspaper, journal, yearbook, or bulletin) issued as one of a consecutively numbered and indefinitely continued series. (Evans, G. Edward, 2000.)
d.    Berdasarkan kata “periodicals” yang diartikan sebagai majalah, terbitan berkala, berisi banyak artikel yang ditulis beberapa orang, diterbitkan oleh lembaga, instansi, yayasan maupun perkumpulan yang membentuk susunan redaksi sebagai penanggungjawab penerbitan ini dan terbit dalam frekuensi tertentu seperti mingguan, bulanan, dwibulanan, triwulan maupun semesteran. (Lasa HS, 1990.)

Dari berbagai pengertian terbitan berkala dan atau berseri tersebut di atas maka dapat dilihat bahwa layanan terbitan berseri/berkala merupakan layanan perpustakaan yang memberikan akses kepada terbitan yang diterbitkan secara kontinyu dan berkesinambungan dalam suatu masa tertertu dan dikelola oleh sebuah institusi, organisasi, atau kelompok tertentu. Terbitan/berkala yang dimaksudkan di dalam pengertian diatas termasuk di dalamnya terbitan non cetak yang berupa elektronik maupuan online digital.
Terbitan berkala/berseri mempunyai ciri/karakteristik yang membedakan dengan publikasi atau koleksi lain yakni (Lasa HS, 1994):
1.    Dalam satu kali terbit memuat beberapa tulisan yang ditulis oleh beberapa orang dengan topik dan gaya bahasa yang berbeda
2.    Artikel atau tulisan pada umumnya tidak terlalu panjang sebagaimana pada buku teks.
3.    Menyampaikan berita, peristiwa, penemuan dan ide baru atau sesuatu yang dianggap menarik perhatian masyarakat pada umumnya.
4.    Dikelola oleh sekelompok orang, yang kemudian membentuk perkumpulan, organisasi maupun susunan redaksi.
5.    Merupakan bentuk arsip ilmiah yang telah diketahui oleh masyarakat umum
6.    Terbit terus menerus dengan memiliki kala, waktu, frekuensi terbit tertentu.
Jenis Koleksi
Dilihat dari bentuk fisik, lembaga yang mengelola dan juga model isi dari terbitan, maka terbitan berseri/berkala ini dapat dibagi ke dalam beberapa jenis:
1.    Majalah. Dapat dibedakan menjadi berbagai macam jenis seperti ilmiah, popular, ilmiah popular, teknis, dan sekunder.
2.    Jurnal. Merupakan terbitan dalam bidang tertentu khususnya ilmiah yang diterbitkan oleh badan/lembaga/instansi/organisasi yang ingin mempublikasikan hasil-hasil penelitiannya.
3.    Terbitan Berseri. Merupakan suatu terbitan yang diterbitan secara berseri yang dinyatakan dengan angka atau huruf. Bentuk terbitan ini dapat berupa buku, majalah atau prosiding.
4.    Buletin. Biasanya diterbitkan lembaga / badan tertentu untuk memberikan informasi kepada khalayak mengenai kegiatan/program atau pemikiran dari lembaga tersebut.
5.    Pamflet. Biasanya diterbitkan secara isidentil dalam satu lembaran informasi yang berisi pemberitahuan, pengumuman, maupun berita.
6.    Ringkasan, Sari Karangan, Abstrak. Merupakan inti dari sebuah artikel atau tulisan atau hasil penelitian yang biasanya dikumpulkan dan disusun secara sistematis berdasarkan bidang tertentu.
7.    Laporan Tahunan & Laporan Bersejarah. Diterbitkan tahunan yang biasanya berisi tentang perjalanan sebuah institusi/badan atau catatan peristiwa yang terjadi dalam satu tahun, dan biasanya terbatas dalam bidang tertentu.
8.    Surat Kabar, harian, Koran. Merupakan terbitan yang berupa lembaran-lembaran yang diterbitkan setiap hari, berisi berita, pengumuman, laporan, pemikiran yang actual, atau hal-hal yang perlu diketahui masyarakat secara cepat.
9.    Leaflet. Merupakan terbitan yang berisi informasi tertentu dan biasanya berupa lembaran yang dilipat menjadi dua atau tiga lipatan.
10.    Brosur. Merupakan terbitan atau karya cetak pendek yang diterbitkan dalam beberapa halaman saja sesuai dengan kebutuhan.
11.    Warta Singkat. Terbitan suatu instansi, lembaga pada waktu tertentu berisi berita maupun laporan kegiatan secara ringkas. Biasanya diterbitkan hanya dalam beberapa halaman saja.
Berbagai jenis terbitan tersebut kadangkala hanya beberapa saja yang “masuk” ke dalam layanan terbitan berseri/berkala di perpustakaan. Hal ini biasanya dikarenakan keterbatasan dari sumber daya yang ada di perpustakaan. Selain terbitan tercetak dari berbagai jenis yang telah disebutkan di atas, saat ini terbitan berseri/berkala juga telah banyak hadir dalam bentuk elektronik atau online digital. Perkembangan inilah yang semakin menyuburkan dan memperluas jangkauan layanan terbitan berkala/berseri. Hal ini karena dengan teknologi komputer dan internet, pengguna saat ini sudah cukup familiar dengan apa yang disebut dengan e-journal, e-database, portal, online newspaper, kliping elektronik, dan lain sebagainya yang dapat diakses dari manapun.
Bentuk Layanan
Pada kebanyakan layanan yang ada di perpustakaan saat ini, layanan terbitan berkala biasanya merupakan layanan yang cukup “terbatas” khususnya bagi koleksi cetak terutama dari segi aksesnya. Pengguna hanya dapat menggunakan koleksi yang ada untuk kemudian di baca di tempat. Akan tetapi, dengan teknogi informasi saat ini, koleksi dalam bentuk elektronik atau online digital sudah dapat diakses “tanpa batas” oleh pengguna tanpa harus dating ke perpustakaan. Beberapa bentuk layanan yang ada dalam sebuah layanan terbitan berkala adalah:
1.    Layanan Baca. Layanan ini “hanya” memberikan kesempatan kepada pengguna untuk menggunakan koleksi yang ada di tempat saja. Ini yang banyak dilakukan oleh berbagai perpustakaan yang ada saat ini.
2.    Layanan Penelusuran / Temu kembali informasi. Layanan ini berupa penyediaan alat-alat temu kembali / penelusuran bagi koleksi yang ada di suatu layanan terbitan berkala/berseri, biasanya berupa katalog cetak maupun online.
3.    Layanan Informasi Terpilih. Layanan ini biasanya disediakan dengan menyajikan informasi-informasi terpilih yang dapat diakses oleh pengguna untuk menemukan informasi yang sesuai dengan kebutuhannya. Perpustakaan dalam hal ini menyajikan koleksi ataupun informasi sekunder yang akan membawa pengguna kepada informasi utama, contohnya adalah indeks majalah, indeks artikel terpilih, indeks surat kabar bidang tertentu, dan artikel-artikel yang terpilih dan diperbarui setiap saat.
4.    Layanan Informasi Cepat. Layanan ini dikhususkan untuk menyajikan informasi koleksi / artikel terbaru dari sebuah koleksi secara cepat. Tujuan layanan ini adalah memberikan informasi cepat atau segera kepada pengguna mengenai isi sebuah koleksi yang baru saja diterima.
5.    Layanan koleksi elektronik dan online digital. Tidak semua perpustakaan memberikan layanan ini. Namun perkembangan saat ini sudah semakin baik dengan terlihat semakin banyaknya perpustakaan yang memanfaatkan koleksi terbitan berkala dalam bentuk elektronik dan juga online digital. Layanan ini disajikan dengan memberikan fasilitas akses ke dalam sumber elektronik baik yang disediakan melalui media Floppy Disk, Compact-Disk, Digital Video Disc maupun online. Pengelola dapat menyediakan fasilitas komputer yang terhubung ke dalam server sumber-sumber elektronik. Selain itu pengelola dapat menyediakan sebuah website atau alamat URL yang dapat diakses oleh pengguna dimanapun dan kapanpun.  Layanan ini salah satu layanan yang “tidak berbatas”.
6.    Layanan bimbingan / bantuan. Layanan ini merupakan layanan tambahan yang tidak semua perpustakaan memperlakukannya. Layanan ini memberikan kesempatan kepada pengguna untuk mendapatkan bimbingan dari “pustakawan khusus” yang dapat membantu pengguna dalam menemukan sumber-sumber informasi yang relevan baginya terutama hubungannya dengan sebuah penelitian, studi kasus, dan kegiatan ilmiah lainnya. Layanan ini banyak diterapkan di perpustakaan perguruan tinggi.
Kendala & Permasalahan
Layanan terbitan berseri/berkala memerlukan penanganan yang serius mengingat koleksi ini sering dimanfaatkan oleh pengguna dalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan. Hal lain adalah karena informasi yang terkandung di dalamnya berkembang secara cepat sesuai dengan perkembangan waktu. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah koleksi-koleksi terbitan berseri/berkala adalah koleksi yang lebih muktahir dari koleksi lain berbentuk buku. Namun pada kenyataannya ternyata layanan terbitan berkala sering “kalah” ramai dan berkembang dibandingkan dengan layanan lainnya di perpustakaan, seperti layanan sirkulasi buku misalnya. Hal ini menimbulkan pertanyaan, apa sebenarnya kendala dan permasalahan dalam layanan terbitan berseri/berkala ini? Berikut adalah beberapa masalah yang dapat diidentifikasikan sebagai kendala dan permasalahan bagi pengguna dan juga perpustakaan dalam rangka pemanfaatkan sumber yang ada di layanan terbitan berseri/berkala:
1.    Dari sisi perpustakaan
    Perpustakaan sering menghadapi kendala dalam kontinyuitas berlangganan terbitan berseri/berkala yang  ada karena permasalahan biaya berlangganan yang tinggi, jarak yang jauh dari penerbit, cara pembayaran  yang tidak diketahui, kurangnya informasi, tidak teraturnya masa terbit dan masalah-masalah teknis lainnya.
    Kurangnya tenaga ahli dalam bidang-bidang tertentu pada layanan ini sehingga kurang efektifnya pemanfaatan koleksi yang ada. Misalnya masih terlihat banyaknya artikel atau isi dari koleksi berseri/terbitan berkala yang mudah ditemukan oleh pengguna. Sehingga banyak pengguna perpustakaan merasa kesulitan dalam menemukan informasi yang relevan.
2.    Dari sisi pengguna
    Kurangnya pengetahuan pengguna dalam mendapatkan informasi yang sesuai dan relevan
    Kurangnya informasi yang tepat bagi pengguna menyangkut koleksi yang ada dan cara mendapatkannya
    Keterpaksaan penggunaan koleksi ini karena tuntutan penyelesaian tugas akhir saja menyebabkan minat terhadap koleksi ini hanya pada waktu tertentu.
    Kurangnya alat telusur yang bisa dimanfaatkan oleh pengguna seperti katalog cetak, indeks artikel, katalog online, komputer sumber elektronik, dan lain-lain.
Penutup
Koleksi terbitan berseri/berkala merupakan koleksi yang mempunyai kedudukan penting dalam perpustakaan. Koleksi ini membantu di dalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan yang dapat berfungsi sebagai sumber informasi.
Hal penting lainnya adalah terbitan berseri/berkala ini merupakan sarana komunikasi  muktahir bagi pengguna perpustakaan. Untuk itu maka perlu penanganan serius dan inovasi-inovasi yang dilakukan secara terus menerus sehingga kandungan informasi yang terdapat dalam terbitan berseri/berkala ini dapat dimanfaatkan secara baik dan tidak terbuang percuma. Hal ini juga mengingat “cost” yang tinggi yang harus dikeluarkan oleh perpustakaan atau lembaga yang menaunginya dalam mengadakan dan menyediakan koleksi terbitan berseri/berkala ini.
Adalah merupakan “pekerjaan rumah” bagi pengelola perpustakaan untuk terus memberikan yang terbaik bagi pemanfaatan koleksi terbitan berseri/berkala melalui layanan terbitan berseri/berkala yang inovatif dan berkelanjutan.

Daftar Pustaka
Lasa HS. 1990. Kamus Istilah Perpustakaan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Lasa HS. 1994. Pengelolaan Terbitan Berkala. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Sulisyto-Basuki. 1991. Pengantar Ilmu Perpustakaan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Sabtu, 13 November 2010

Bibliografi dan Manfaatnya

Pengertian Bibliografi dan Manfaatnya
Kata bibliografi berasal dari bahasa Yunani dengan akar kata Biblion: yang berarti
buku dan Graphein: yang berarti menulis, maka kata Bibliografi secara harfiah berarti
penulisan buku.Dalam hal ini maka bibliografi berarti kegiatan teknis membuat deskripsi untuk suatu cantuman tertulis atau pustaka yang telah diterbitkan, yang tersusun secara sistematik berupa daftar menurut aturan yang dikehendaki. Dengan demikian tujuan bibliofrafi adalah untuk mengetahui adanya suatu buku/pustaka atau sejumlah buku/pustaka yang pernah diterbitkan.


Unsur-Unsur Bibliografi dan Contoh Penulisannya
a. Nama Pengarang, yang dikutip secara lengkap.
b. Judul Buku, termasuk judul tambahannya.
c. Data Publikasi: penerbit, tempat terbit, tahun terbit, cetakan ke berapa, nomor jilid
buku dan tebal (jumlah halaman) buku tersebut.
d. Untuk sebuah artikel diperlukan pula judul artikel yang bersangkutan, nama majalah,
atau surat kabar, tanggal dan tahun.

Penyusunan Bibliografi
a. Nama pengarang diurutkan berdasarkan urutan abjad.
b. Jika tidak ada nama pengarang, judul buku atau artikel yang dimasukkan dalam urutan
abjad.
c. Jika untuk seorang pengarang terdapat lebih dari satu bahan refrensi, untuk refrensi
kedua dan seterusnya, nama pengarang tidak diikutsertakan, tetapi diganti dengan
garis sepanjang 5 atau 7 ketikan.
d. Jarak antara baris dengan baris untuk satu refrensi adalah satu spasi. Namun, jarak
antara pokok dengan pokok lain adalah dua spasi.
e. Baris pertama dimulai dari margin kiri. Baris kedua dan seterusnya dari tiap pokok
harus dimasukkan ke dalam sebanyak tiga atau empat ketikan.


Jenis-Jenis Bibliografi
Jenis bibliografi yang dihasilkan dalam pembuatan publikasi sekunder akan tergantung pada jenis pustaka yang akan didaftar. Misalnya akan dibuat daftar yang berasal dari deskripsi katalog buku yang dimiliki perpustakaan, maka daftar tersebut dapat dinamakan daftar katalog. Sementara jika daftar yang disusun berdasarkan judul artikel suatu majalah, maka daftar tersebut dapat disebut daftar isi.
Dari segi cara penyajian dan uraian deskripsinya, bibliografi dibagi menjadi:
• Bibliogrfi deskriptif:
Yaitu bibliografi yang dilengakapi deskripsi singkat yang didapat dari gambaran fisik
yang tertera atau tertulis dalam bahan pustaka. Seperti judul buku atau majalah, judul
artikel, nama pengarang, data terbitan (impresium), kolasi serta kata kunci dan abstrak
yang tertulis.
• Bibliografi evaluatif:
Yaitu bibliografi yang dilengkapi dengan evaluasi tentang suatu bahan pustaka.
Evaluasi ini biasanya mencakup penilaian terhadap isi suatu bahan pustaka atau
artikel.

Cakupan Bibliografi
Dari segi cakupanya, bibliografi dapat dibagi menjadi:
• Bibliografi retrospektif :
Yaitu jenis bibliografi yang mencatat bahan pustaka yang telah diterbitkan pada jaman
yang lampau. Misalnya “Bibliografi sejarah perang Dipenogoro”
• Bibliografi terkini/current :
Yaitu jenis bibliografi yang mencatat terbitan yang sedang atau masih terbit saat ini.
Contohnya Ulrich’s International Periodicals Directory.
• Bibliografi selektif :
Yaitu jenis bibliografi yang mencatat terbitan tertentu dengan tujuan tertentu.
Misalnya “Buku bacaan terpilih untuk anak usia pra sekolah”.
• Bibliografi subjek :
Yaitu jenis bibliografi yang mencatat bahan pustaka atau artikel pada bidang ilmu dan
subjek tertentu. Misalnya “Bibliografi khusus ternak kelinci”.
• Biliografi nasional :
Yaitu jenis bibliografi yang mencatat terbitan suatu negara atau daerah regional
tertentu. Contohnya “Bibliografi Nasional Indonesia”.
Penentuan cakupan/topik suatu bibliografi ditentukan berdasarkan berbagai
pertimbangan antara lain :
• Permintaan pengguna
• Topik yang sedang berkembang atau yang banyak diperlukan saat itu
• Dokumentasi koleksi yang dimiliki
• Mandat instansi

Bagian-bagian Bibliografi
Suatu deskripsi bibliografi biasanya terdiri dari :

 Judul : berisi judul artikel atau judul buku yang akan dideskripsikan
 Kepengarangan : berisi nama pengarang perorangan atau pengarang badan
korporasi
 Sumber : berisi judul jurnal, judul prosiding, atau judul buku dimana informasi
tersebut berada.
 Data terbitan (impresium): berisi data tentang kota terbit, nama terbit, dan tahun
terbit
 Keterangan fisik buku (kolasi), yang berisi halaman lokasi artikel ditemukan.
 Keterangan informasi, seperti kata kunci dan abstrak
 Keterangan tambahan , seperti lokasi rak penyimpanan, kode call number,
perpustakaan pemilik bahan pustaka, dan sebagainya


Manfaat Bibliografi
Pencatatan informasi mengenai koleksi perpustakaan dalam bentuk bibliografi dilakukan dengan berbagai alasan antara lain:
Jumlah koleksi perpustakaan yang semakin meningkat bentuk dan bidang kajiannya
Kebutuhan informasi para pengguna yang semakin beragam dan meningkat
jumlahnya
Upaya untuk meningkatkan kualitas layanan penelusuran informasi yang cepat dan
tepat

Oleh karena itu penyusunan suatu daftar bibliografi mempunyai fungsi utama untuk membantu pemakai mencari dan menelusuri informasi tertentu. Fungsi lain dari bibliografi adalah sebagai bagian dari jasa pelayanan perpustakaan kepada pemakai. Dengan menerbitkan suatu bibliografi, pustakawan dapat menawarkan koleksinya kepada pemakai tanpa harus mengeluarkan seluruh koleksi yang dimilikinya, serta dapat menjangkau pengguna yang tinggal jauh dari perpustakaan.
Dengan demikian maka, bibliografi dapat digunakan sebagai:
Bahan rujukan terhadap koleksi perpustakaan
 Daftar koleksi yang dimiliki perpustakaan
 Daftar informasi bahan pustaka mengenai suatu bidang kajian tertentu, dan
sebagainya.

Jumat, 12 November 2010

DAMPAK UJIAN NASIONAL BAGI KALANGAN PELAJAR

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATER BELAKAN
Walaupun hujan kritik terhadap pelaksanaan Ujian Nasional (UN) sampai detik ini tidak pernah berhenti, pemerintah tetap jalan dengan rencana mereka. Pemerintah seperti tuli atau pura-pura tak mendengar berbagai suara sumbang dari banyak kalangan terkait kebijakan UN (yang belum tentu bijak ini).  Kira-kira begitu motto pemerintah  walaupun pada saat yang sama ada fakta yang tak bisa dibantah bahwa sudah banyak korban berjatuhan akibat pelaksanaan kebijakan UN yang kontroversial dalam beberapa tahun belakangan ini.
     Sebahagian korban UN itu dulu bahkan pernah mengugat pemerintah (presiden, wakil presiden, mendiknas, dan kepala BSNP) ke pengadilan. Beberapa substansi gugatan law suit masyarakat yang dipimpin artis Sophia Latjuba itupun dikabulkan majelis hakim, dengan menyatakan bahwa dalam konteks UN pemerintah jelas bersalah, karena telah lalai dalam memberikan pemenuhan dan perlindungan hak asasi manusia (HAM) terhadap warga negaranya. Pengadilan juga memerintahkan kepada para tergugat untuk meningkatkan kualitas guru dan sarana-prasarana sebelum melaksanakan kebijakan UN.
     Tahun ini, semua berharap pemerintah membatalkan pelaksanaan UN, pemerintah justru terkesan ‘semakin bersemangat’ dengan pelaksanaan UN ini. Hal ini bisa terlihat ketika Mendiknas mengeluarkan Permendiknas No. 34 tahun 2007 tentang Pelaksanaan UN 2008. Berbeda dengan tahun sebelumnya yang hanya menguji tiga mata pelajaran, sekarang pemerintah menambah tiga lagi mata pelajaran yang diujikan pada Ujian Nasional 2008. Tidak hanya itu, angka rata-rata kelulusan minimal tahun inipun meningkat dari tahun sebelumnya. Seperti tertera dalam Pasal 15 Permendiknas No.34/2007, tahun ini untuk bisa lulus UN seorang siswa harus memiliki nilai rata-rata minimal 5,25 dengan tidak ada satupun nilai mata ujian dibawah 4,25.
UN membuat anak terdorong belajar dengan sungguh-sungguh, mau dimotivasi, mau diajak istighasah, bahkan anak laki-laki saya jadi rajin sholat dan jadi birrul walidain, karena kekuatirannya tidak lulus saya manipulasi secara cerdas .
Kompetensi yang distandarkan di UN lah yang harus disesuaikan kebutuhan dan output yang dikehendaki dengan memperhatikan regionisasi sesuai dengan  yang diinginkan.

      


B.    LANDASAN TEORITIS
       kebijakan menteri pendidikan ini sudah menjadi indikator kelulusan suatau sekolah dan menjadi penentu kualitas suatu sekolah. Meskipun begitu, tetap saja setiap hal pasti ada positif dan negatifnya.
Dampak Positifnya ialah :

1. Ujian nasional bisa menjadi peningkat mutu siswa dalam proses pembelajaran untuk menjadi SDM yang bermutu, mungkin dalam proses belajar siswa tidak serius dalam menerima pembelajaran, tetapi setelah mendengar kata Ujian Nasional siswa akan serius belajar, apalagi UN juga sebagai penentu siswa untuk memasuki sekolah negeri pilihan.

2. Ujian Nasional juga membuat siswa untuk belajar serius, mungkin dalam keseharian belajar para siswa kurang serius, tetapi bila mendengar kata UN sudah di depan mata, mereka akan belajar lebih semangat dan bersungguh-sungguh guna menyenangkan hati orang tua mereka.

3. Ujian Nasional juga bisa sebagai indikator untuk siswa sudah sampai manakah siswa sudah belajar serius untuk menghadapi masa depan mereka. Dengan nilai hasil ujian siswa, mereka bisa mengetahui apakah mereka sudah maksimal atau belum, bila belum, perlu dimaksimalkan.

4. Siswa juga diajarkan untuk tidak curang seperti menyontek karena pengawasan yang super ketat dan pengawasnya pun bukan dari guru asal sekolah mereka. Bila ada yang mencurigakan para guru tidak segan-segan akan mencatat mereka dan melaporkannya pada panitia ujian guna menentukan hasil akhirnya.
5. Menjadikan siswa juga tidak terlalu bergantung pada guru. Dengan begitu, murid akan mencari bimbel untuk persiapan UN atau mereka akan mempelajari soal UN tahun lalu guna mempersiapkan untuk UN tahun sekarang.

6. Dengan adanya UN, akan menciptakan generasi-generasi bangsa kita yang berkompeten. UN telah menyumbang kontribusi dalam rangka penyamaan mutu pendidikan terhadap dunia internasional.

7. Peraturan dan pelaksaan UN dapat memacu daya kreativitas dan cara berfikir murid sehingga menjadi generasi yang kreatif


Dampak Negatifnya antara lain adalah :

1. Dampak ujian nasional bagi siswa adalah timbulnya pemahaman yang keliru terhadap makna bejalar di sekolah/madrasah. Tujuan studi (belajar) yang mestinya dalam rangka mencari ilmu (thalab al- ‘ilmi), kecerdasan dan akhlak yang mulia (akhlak al-Karimah) berubah menjadi sekedar meraih elulusan ujian nasional untuk tuga mapel UN.
2. UN telah berlaku tidak adil terhadap siswa yang menjalani proses pendidikan di sekolah yang masih tertinggal, miskin sarana prasarana, ketiadaan guru yang profesional, proses belajar-mengajar seadanya, dan keterbatasan akses terhadap sumber belajar. Mereka dipaksa untuk bisa menghasilkan nilai yang sama dengan siswa dari sekolah yang sudah maju, fasilitas lengkap, guru memadai, dan punya akses yang luas terhadap resources.
3. Jika hasil UN itu dijadikan indikator untuk memotret kelemahan para siswa dalam praksis pendidikan, hasil UN bisa menjadi efektif dan sangat dibutuhkan untuk bahan perencanaan dalam mengambil kebijakan menyusun langkah-langkah strategis upaya peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan.
4. Dampaknya UN pun bisa dilihat bagi yang tidak lulus. Pasti akan berdampak pada psikis. Entah dengan berbagai cara seperti kabur dari rumah, bunuh diri dan lain-lain. Itu dikarenakan mereka tidak ingin mengecewakan orang tua mereka.

5. Siswa pun dibuat tidak percaya diri yang pada akhirnya mereka akan membeli soal atau kunci jawaban dari guru atau oknum lain jadi bisa merugikan siswa dan juga oknum yang menyelenggarakan seperti guru.

6. Merupakan bentuk pelecehan karena, misalnya murid SMP yang sudah belajar selama 3 tahun hanya 3 hari Ujian Nasional dilaksanakan, bagaimana kalau sikap mereka berakhlak yang buruk dan nilai UNnya bagus, pasti akan banyak oknum yang menentangnya.

7. Semua sekolah pun belum tentu kurikulumnya sama dengan yang ditetapkan oleh pemerintah. Bila Ujian nasional dilaksanakan dengan kurikulum yang berbeda, maka para murid akan bingung dan mendapat hasil UN yang kurang maksimal.

8. Ujian Nasional hanya mengujikan mata pelajaran yang rata-rata harus dikuasai siswa seperti matematika, IPA, Bahasa Indonesia, dan bahasa inggris. Bagaimana dengan kesenian. Negara ini tidak maju karena yang mereka hasilkan hanyalah tenaga kerja yang bersifat material, sedangkan SDM luar negeri lebih berkualitas materialnya sehingga menjadikan orang pribumi kita yang menguasai material menjadi pengangguran.
9. Siswa pun bisa kalah sebelum bertanding karena stress yang tinggi memikirkan standar nilai yang harus dicapai yang bisa berakibat fatal.

10. Satndar Nilainya pun cepat naik dari tahun ke tahun sehingga siswa susah untuk beradaptasi kepada standar nilai Ujian Nasional tersebut.
Koordinator Divisi Monitoring Pelayanan Publik Indonesia Corruption Watch Ade Irawan. Mengatakan.
Ade menilai alasan “sudah ada persiapan” untuk tetap melaksanakan ujian nasional tidak masuk akal. Seharusnya, kata dia, persiapan itu langsung dihentikan karena–selain melanggar hukum–memboroskan anggaran. Dia menilai sikap pemerintah ini merugikan siswa. Sebab, saat ini sejumlah siswa mulai mempersiapkan diri mengikuti ujian, di antaranya mulai membayar biaya ujian, mengikuti bimbingan belajar, maupun melakukan persiapan lainnya.
Ade meminta pemerintah sebaiknya segera melakukan evaluasi dan mempersiapkan kebijakan baru dengan melibatkan publik, antara lain guru, murid, orang tua, kampus, dan pakar pendidikan.
Dalam pandangan Ade, ada dua pilihan yang bisa diambil pemerintah. Pertama, mengembalikan seperti sebelumnya dengan menyelenggarakan Ebtanas, dan kelulusannya ditentukan pendidik. Kedua, diadakan ujian per satu atau beberapa kecamatan dengan standar ditentukan setiap daerah.
Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Sulistiyo meminta agar proses evaluasi kelulusan siswa dikembalikan ke guru dan sekolah di daerah masing-masing. “Karena gurulah yang tahu persis bagaimana prestasi para siswanya,” kata Sulistiyo kemarin. Namun, dia mengingatkan, langkah itu baru bisa dilakukan jika beberapa persiapan dan syarat dipenuhi. “Jangan sampai guru dan sistemnya tidak siap sehingga semakin kacau,” katanya.
Anggota Komisi Pendidikan Dewan Perwakilan Rakyat, M.
Hanif Dakhiri, meminta Menteri Pendidikan Nasional menjadikan putusan Mahkamah Agung ini sebagai titik tolak untuk mengevaluasi pelaksanaan ujian nasional. “Memang, dalam undang-undang, harus ada standardisasi, tapi tidak harus berbentuk ujian nasional. Bisa dalam bentuk ujian lokal,” ujarnya.


firdaus

REPROGRAFI

                        NAMA           : FIRDAUS
                        NIM               : 03080064
                        M. KULIAH  : REPROGRAFI
   
GRAFIKA adalah segala cara mengungkapkan atau  mengatakan sesuatu dengan perasaan, karangan, ide, pengalaman pengetahuan dengan grafi.

A.    Zaman prasejarah adalah zaman dimana orang-orang menulis dibatu-batu, kulit binatang, kulit kayu, pelepah kayu dan tulang-tulang bintang dengan cara memahat dan mengoreskan dengan grafi yang sekarang hanya terdapat di museum. Contohnya : candi

B.    Zaman sejarah adalah zaman dimana orang-arang pada masa itu menggunakan logam untuk dijadikan alat sebagai grafi yang telah digoreskan atau dituliskan dimedia. Zaman sejarah orang-orang masih menggunakan logam untuk berkomunikais dengan sesamanya karena belum ada mesin cetak. Contohnya : sapu tangan dan uang koin
C.    Zaman moderen adalah zaman dimana orang-orang sudah mengenal media cetak atau mesin cetak dan banyak mengenal teknologi, baik teknologi sederhana maupun teknologi cakgih ( luar biasa ) tapi jangan salah mengunakan karena bias mengakibatkan kita terjerumus kedalam hal yang negatif . Dulu grafi dibuat dengan cara menulis dibatu-batu tapi sekarang sudah dikertas dan dicetak dengan mesin cetak. Contohnya : computer      

Teknologi cetak masa kini dapat digolongkn menjadi 4 golongan  yaitu :

1.    Cetak tinggi adalah cetakan yang mana grafinya menonjol keatas atau cetakan tulisannya timbul biasanya didesain oleh orang – orang yang bias komputer. Contoh : kartu nama

2.    Cetak dalam adalah cetakan yang mana grafinya masuk kedalam media atau alat yang mau ditulis. Contoh : Batu nisan

3.    Cetak datar adalah cetakan yang mana permukaan grafinya sama rata atau sejajar ditukis dengan huruh latin atau arab. Contoh : kerta

4.    Cetak laser adalah cetakan yang dilakukan dengan menggunakan sinar tanpa film dan plat. Contoh : foto